Kondisi ekonomi yang semakin sulit di Jakarta Timur tampaknya telah memberikan dampak yang signifikan pada kesehatan mental warga kelas menengah di daerah tersebut. Judith (25), seorang karyawan swasta di Duren Sawit, sering merasa stres karena tingginya harga kebutuhan pokok dan biaya transportasi. Menurutnya, hidup dengan uang yang cukup bisa membantu mengurangi tekanan mental, tetapi jika kekurangan, stres pasti akan meningkat.
Di sisi lain, Riri (30) dari Pulogadung mengatakan bahwa meskipun dia belum merasakan stres berlebihan akibat tekanan ekonomi, dia dan suaminya harus lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran. Mereka mencoba untuk lebih fleksibel dengan pengeluaran, seperti memilih makan di warteg daripada memasak sendiri yang lebih mahal.
Ikhsan (43), seorang warga Duren Sawit, juga mengungkapkan bahwa stres akibat tekanan ekonomi telah mempengaruhi kesehatannya secara fisik. Dia mengatakan bahwa stres membuat asam lambungnya sering naik. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga pada kesehatan mental dan fisik warga kelas menengah.
Dalam situasi ekonomi yang sulit ini, Riri berharap pemerintah dapat lebih serius dalam menangani masalah ketahanan pangan dan jaminan kesehatan. Menurutnya, hal yang paling mendesak adalah ketahanan pangan lokal dan jaminan kesehatan yang memadai. Dia juga menyebut pentingnya penyediaan lapangan kerja untuk mengurangi tingginya angka pengangguran. Menurutnya, pemerintah seharusnya lebih aktif dalam mengatasi PHK yang terjadi tanpa intervensi yang berarti.
Dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit, penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan masyarakat, terutama bagi warga kelas menengah yang merasakan dampaknya secara langsung. Kebijakan yang tepat dalam hal ketahanan pangan, jaminan kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja diharapkan dapat membantu mengurangi tekanan ekonomi yang dirasakan oleh banyak orang.