Bank Dunia memperkirakan bahwa ekonomi di wilayah Asia Timur dan Pasifik akan terus tumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut masih melambat dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah pandemi Covid-19. Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara di wilayah tersebut saat ini, kecuali Indonesia, lebih lambat daripada sebelum pandemi. Hal ini berarti negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai pendapatan atau produk domestik bruto (PDB) yang lebih tinggi.
Menurut Aaditya, pada periode setelah resesi atau antara tahun 2010 hingga 2014, ekonomi China tumbuh 8% lebih cepat daripada negara maju seperti Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Namun, pandemi telah membuat upaya mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi dengan negara maju terhambat. Setelah pandemi, terjadi perlambatan yang signifikan dalam proses mengejar ketertinggalan, sehingga beberapa negara seperti Myanmar, Thailand, dan Mongolia semakin tertinggal. Bahkan beberapa negara di Pasifik juga belum pulih sepenuhnya ke tingkat produksi sebelum pandemi.
Salah satu alasan perlambatan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga yang melambat dan pertumbuhan investasi yang juga terhambat. Aaditya menyoroti bahwa meskipun pengeluaran rumah tangga relatif kuat di Malaysia, namun investasi yang masuk justru rendah. Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa pertumbuhan investasi telah menurun di sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik selama dua dekade terakhir. Investasi di China, Indonesia, Malaysia, dan Filipina mengalami penurunan tajam, sementara investasi di Thailand masih di bawah tingkat sebelum pandemi.
Di China, penurunan pasar properti menjadi salah satu faktor penyebab perlambatan pertumbuhan investasi, meskipun investasi manufaktur tetap mendukung pertumbuhan. Di Vietnam, pertumbuhan investasi terlihat relatif kuat. Meskipun begitu, kinerja ekspor yang mulai pulih di wilayah Asia Timur dan Pasifik menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik sebesar 4,8% untuk tahun 2024, namun diprediksi akan melambat menjadi 4,4% pada tahun 2025. Pertumbuhan ekonomi China juga diproyeksikan turun dari 4,8% tahun ini menjadi 4,3% di tahun 2025, disebabkan oleh berbagai faktor seperti pasar properti yang lemah, rendahnya kepercayaan konsumen dan investor, serta kendala struktural lainnya.
Dengan demikian, tantangan ekonomi di wilayah Asia Timur dan Pasifik masih cukup besar, namun upaya pemulihan dan peningkatan investasi dapat membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Semoga dengan kerjasama antarnegara dan kebijakan yang tepat, kawasan ini dapat kembali pulih dan tumbuh lebih kuat dari sebelumnya.