Nilai tukar rupiah hari ini melemah ke level Rp16.301 per dolar AS, turun 51 poin atau 0,31% dari sebelumnya. Menurut Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, hal ini dipengaruhi oleh isyarat positif dari data PDB AS kuartal kedua yang lebih kuat dari perkiraan. Dolar AS juga terpengaruh oleh data indeks harga PCE yang akan datang, yang merupakan acuan inflasi bagi Federal Reserve.
Diperkirakan inflasi akan mereda sedikit pada bulan Juni, meskipun masih ada kemungkinan pemotongan suku bunga pada bulan September. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan memberikan dampak positif bagi emas dan logam mulia karena mengurangi biaya investasi dalam aset yang tidak menghasilkan.
Di sisi lain, wakil Presiden AS Kamala Harris menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat meringankan penderitaan warga sipil Palestina. Para pejabat AS yakin bahwa kesepakatan tersebut semakin dekat, dengan imbalan pembebasan perempuan, sandera yang sakit, lanjut usia, dan terluka oleh Hamas.
Di dalam negeri, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia ke China terus meningkat selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Posisi terakhir pada Mei 2024 mencapai USD22,86 miliar atau sekitar Rp372,3 triliun. Berdasarkan Data Statistik Utang Luar Negeri BI, total ULN Indonesia pada Mei 2024 mencapai USD407,3 miliar atau setara Rp6.634,1 triliun, naik 1,8% dari tahun sebelumnya.
Meskipun utang terus bertambah, struktur ULN Indonesia tetap sehat dengan rasio terhadap PDB sebesar 29,8%. Utang didominasi oleh ULN jangka panjang sebesar 85,9% dari total. Utang Indonesia kepada China juga mengalami kenaikan baik secara tahunan maupun bulanan. Meski begitu, porsi utang dari China hanya sekitar 5,6% dari total utang Indonesia.
Dari data di atas, diprediksi nilai tukar rupiah untuk perdagangan berikutnya akan bergerak fluktuatif namun kemungkinan tetap melemah di kisaran Rp16.290 – Rp16.370 per dolar AS. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam mengambil keputusan investasi yang tepat.