Ukraina bersiap-siap untuk menghadapi pasukan Korea Utara di wilayah Rusia, Kursk, karena kehadiran kekuatan nuklir kedua dalam perang antara Rusia dan Ukraina mengancam akan memperluas konflik yang sudah terjadi. Pentagon Amerika Serikat (AS) telah mengonfirmasi bahwa pasukan Korea Utara telah masuk ke Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan balasan beberapa bulan yang lalu. Juru bicara Pentagon, Pat Ryder, menyatakan bahwa “Ada sejumlah kecil pasukan Korea Utara di oblast Kursk, dengan ribuan lainnya yang sedang dalam perjalanan atau akan segera tiba.” Seorang pejabat senior dari Korea Selatan juga mengungkapkan bahwa sekitar 3.000 tentara Korea Utara sedang dipindahkan ke dekat garis depan. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, juga telah mengkonfirmasi pengerahan pasukan tersebut pada hari Senin.
Ryder juga mengonfirmasi bahwa Korea Utara telah mengirim total 10.000 tentara untuk menjalani pelatihan di Rusia timur, meskipun intelijen dari Korea Selatan dan Ukraina memperkirakan jumlahnya bisa mencapai 12.000. Meskipun demikian, sejauh mana bantuan pasukan Korea Utara dapat memberikan dampak yang signifikan dalam perang antara Rusia dan Ukraina masih belum jelas, mengingat kebutuhan personel Rusia yang sangat besar.
Komandan pasukan darat Ukraina, Oleksandr Pavlyuk, melaporkan bahwa sekitar 10.520 tentara Rusia tewas atau terluka dalam satu minggu terakhir. Di Kursk sendiri, Rusia telah menderita 17.800 korban selama tiga bulan terakhir, termasuk 6.600 yang tewas, menurut panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskii.
Menurut peneliti Olena Guseinova, Korea Utara mungkin dapat memberikan tambahan 3 hingga 4 unit tentara kepada Rusia, namun hal ini tidak akan mengubah arah perang secara keseluruhan. Alasannya adalah tantangan politis dan militer yang dihadapi, seperti kesulitan dalam mengendalikan pergerakan pasukan, kemungkinan desersi, dan pembelotan. Guseinova menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pasukan yang dikerahkan.
Dia juga menyoroti bahwa Korea Utara tidak mampu menghabiskan sumber daya manusianya yang berharga, terutama jika harus berhadapan dengan musuh utamanya, Korea Selatan, yang memiliki populasi dua kali lipat dari Korea Utara. Dengan demikian, meskipun bantuan dari Korea Utara dapat memberikan dorongan tambahan bagi Rusia, namun hal ini tidak akan menjadi faktor penentu dalam perang yang sedang berlangsung.
Dalam situasi yang semakin tegang ini, Ukraina dan sekutu-sekutunya harus tetap waspada dan siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Peran Korea Utara dalam konflik ini mungkin hanya akan menjadi salah satu elemen dalam kerumitan perang yang semakin kompleks.