Site icon worldhistoricalatlas

Potensi Kehancuran Ekonomi Israel Jika Berperang Melawan Iran

Potensi Kehancuran Ekonomi Israel Jika Berperang Melawan Iran

Pada akhir September, saat perang Israel yang udah berlangsung hampir setahun makin meluas dan peringkat kreditnya diturunkan lagi, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich bilang meskipun ekonomi Israel lagi tertekan, negara itu masih kuat. Dia menyebutkan, “Ekonomi Israel menanggung beban perang terpanjang dan termahal dalam sejarah.” Ini diucapkan pasca serangan udara yang bikin pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas di Beirut. Kabar ini bikin orang khawatir ketegangan sama Hizbullah bisa jadi konflik besar. Meski gitu, Smotrich tetap optimis, “Ekonomi Israel adalah ekonomi yang kuat yang bahkan sekarang menarik investasi.”

Sekarang, hampir setahun setelah serangan mematikan Hamas di 7 Oktober, Israel terus bergerak di berbagai lini: menyerang Hizbullah di Lebanon, melancarkan serangan udara di Gaza dan Beirut, serta mengancam balas serangan rudal dari Iran. Tapi, dengan konflik yang makin meluas, biaya ekonomi juga diprediksi meningkat, baik buat Israel maupun negara-negara lain di Timur Tengah. Menurut Karnit Flug, mantan gubernur bank sentral Israel, “Kalau eskalasi ini jadi perang yang lebih lama dan lebih intens, dampaknya bakal lebih besar buat aktivitas dan pertumbuhan ekonomi di Israel.”

Ekonomi Israel Bisa Hancur Jika Perang Terus Berlanjut

1. Perang Bikin Krisis Ekonomi

Perang udah memperburuk keadaan di Gaza, bikin situasinya makin kritis, dan Tepi Barat juga ngalamin penurunan ekonomi yang cepat. PBB juga udah bilang soal ini. Di Lebanon, ekonomi bisa menyusut sampai 5% tahun ini akibat bentrokan antara Hizbullah dan Israel. Sementara itu, prediksi Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv menunjukkan ekonomi Israel bisa terjun lebih parah lagi. Bahkan dalam skenario yang lebih optimis, GDP per kapita Israel — yang dalam beberapa tahun terakhir lebih tinggi dari Inggris — diperkirakan turun tahun ini.

2. Pertumbuhan Ekonomi Hanya 1%

Sebelum konflik, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Israel bisa mencapai 3,4% tahun ini. Sekarang, prediksinya cuma antara 1% sampai 1,9%. Tahun depan pun diperkirakan lebih lemah. Bank sentral Israel juga nggak bisa sembarangan memangkas suku bunga karena inflasi yang tinggi, akibat kenaikan upah dan pengeluaran untuk perang.

3. Kerugian Ekonomi Jangka Panjang

Bank Israel perkirakan biaya perang bisa mencapai 250 miliar shekel (sekitar USD 66 miliar) sampai akhir tahun depan. Ini termasuk pengeluaran militer dan biaya sipil, seperti perumahan untuk ribuan orang yang harus meninggalkan rumah. Angka ini setara dengan sekitar 12% dari PDB Israel. Dengan ketegangan yang terus meningkat, biaya ini diprediksi bakal terus naik.

4. Belajar dari Perang 1973

Perang tahun 1973 yang diinisiasi oleh Mesir dan Suriah juga bikin Israel masuk periode stagnasi ekonomi yang panjang. Pengeluaran untuk pertahanan yang membengkak bisa jadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, jika langkah-langkah pemotongan anggaran dilakukan, bisa ada risiko warga Israel yang berpendidikan tinggi, terutama di sektor teknologi, pergi dari negara ini. Kalau itu terjadi, bisa berdampak buruk buat ekonomi Israel yang udah kena dampak perang.

Dengan semua ketidakpastian ini, pemerintah Israel juga masih berjuang menyeimbangkan anggaran tahun depan. Konflik ini udah bikin defisit anggaran dua kali lipat, dan biaya pinjaman pemerintah jadi lebih mahal. Penurunan peringkat kredit dari Fitch, Moody’s, dan S&P juga kemungkinan bakal bikin biaya pinjaman semakin melambung.

Institut Studi Keamanan Nasional sebelumnya udah bilang, satu bulan perang intensif di Lebanon bisa bikin defisit anggaran Israel melonjak hingga 15% dan PDB menyusut sampai 10% tahun ini.

Exit mobile version