September 29, 2024 Komandan Pasukan Elite Iran Meninggal dalam Serangan bersama Bos Hizbullah

Komandan Pasukan Elite Iran Meninggal dalam Serangan bersama Bos Hizbullah

Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah mengkonfirmasi bahwa Wakil Komandan Operasi Pasukan Elit, Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, ikut tewas dalam serangan udara Israel ke ibu kota Beirut, Lebanon. Serangan itu juga membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat (27/9). Melalui pernyataan resminya, IRGC menyatakan bahwa Nilforoushan berada di bunker bersama Nasrallah ketika rudal Israel menghantam mereka.

Menurut laporan dari Al Jazeera, militer Iran menggambarkan Nilforoushan sebagai pahlawan yang berkorban untuk keamanan Iran. Brigadir Jenderal ini juga terkenal karena sering membantu perjuangan Palestina. Surat kabar Iran, Tehran Times, melaporkan bahwa Nilforushan (58) tewas dalam serangan di Beirut, Lebanon, di mana Nasrallah menjadi target utama dan meninggal.

Kantor berita Iran, IRNA, juga mengonfirmasi kematian Nilforushan melalui Ahmad Reza Pour Khaghan, Wakil Kepala Kehakiman Iran. Khaghan menjelaskan bahwa Nilforushan tewas saat menjadi “tamu bagi rakyat Lebanon”. Dia juga menegaskan bahwa Iran memiliki hak untuk membalas kematian Nilforushan sesuai dengan hukum internasional.

Nilforushan menjabat sebagai wakil komandan operasi di IRGC, terutama dalam mengawasi pasukan angkatan darat militer Iran. Meskipun tidak jelas apa yang dia lakukan di Lebanon pada hari Jumat tersebut, pasukan elit IRGC, Quds, dikenal telah bekerja sama dengan milisi Hizbullah dalam misi regional di Timur Tengah, terutama dalam menghadapi Israel dan Amerika Serikat.

Sebagai seorang anggota Garda yang melihat Israel sebagai musuh utama Iran, Nilforushan sering mengkritik negara zionis tersebut. Dia pernah mengatakan, “Rezim Zionis memiliki banyak perpecahan etnis, budaya, sosial, dan militer. Mereka lebih rentan dan berada dalam kondisi kehancuran lebih dari sebelumnya,” pada tahun 2022 menurut laporan IRNA.

Pada tahun 2022, Kementerian Keuangan AS juga memberlakukan sanksi terhadap Nilforushan, dengan alasan bahwa dia memimpin organisasi yang bertanggung jawab atas penindasan terhadap para demonstran di Iran. Sanksi tersebut diberlakukan saat terjadi protes berbulan-bulan di Iran atas kematian Mahsa Amini. Nilforushan menuduh musuh-musuh Iran di luar negeri sebagai dalang di balik demonstrasi tersebut, yang dipimpin oleh perempuan Iran yang menentang jilbab wajib dan teokrasi negara tersebut.

Dengan kepergiannya, dunia kehilangan seorang pejuang yang gigih dan berkomitmen terhadap keamanan Iran dan perjuangan Palestina. Semoga jasa-jasanya akan selalu dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya dalam melawan ketidakadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *