Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa hanya tindakan militer lebih lanjut terhadap Hizbullah yang dapat membuat warga Israel yang mengungsi merasa aman untuk kembali ke rumah mereka di wilayah perbatasan dengan Lebanon. Saat bertemu dengan Utusan Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein di Tel Aviv pada Senin (16/9/2024), Gallant menekankan bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan diplomatik dengan kelompok militan yang berbasis di Lebanon telah tertutup. “Hizbullah terus berkolaborasi dengan Hamas,” tulis Gallant dalam sebuah pernyataan. “Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk memastikan kembalinya penduduk utara Israel ke rumah mereka adalah melalui tindakan militer.”
Gallant juga menyampaikan pesan yang sama selama panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dengan memperingatkan bahwa waktu untuk mencapai kesepakatan dengan Hizbullah semakin menipis. Lebih dari 60.000 warga Israel telah mengungsi sejak Hizbullah mulai menembakkan roket dan mortir melintasi perbatasan untuk mendukung Hamas di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah merespons dengan menyerang target di Lebanon dan berhasil membunuh beberapa anggota senior Hizbullah, termasuk Fuad Shukr yang tewas dalam serangan udara di Beirut pada akhir Juli.
Ancaman dari Hizbullah dan Iran terhadap Israel tidak bisa dianggap enteng. Iran telah mengancam Israel dengan “perang yang menghancurkan” jika Israel menyerang Lebanon. Namun, AS telah mencegah Israel untuk meluas operasi militer terhadap Hizbullah karena khawatir hal tersebut dapat memicu konflik regional yang lebih besar. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang telah berusaha menjadi penengah antara Israel dan Hamas, menyatakan bahwa Washington “bertekad” untuk menghindari konflik yang lebih besar.
Dalam pertemuan dengan Gallant, Hochstein menegaskan bahwa Washington mendukung solusi diplomatik dan memperingatkan bahwa serangan terhadap Hizbullah tidak akan membawa kembali para pengungsi ke rumah mereka, seperti dilaporkan oleh Times of Israel. Hizbullah juga telah mengeluarkan peringatan keras, dengan anggota senior Naim Qassem mengatakan bahwa perang besar-besaran akan mengakibatkan “kerugian besar bagi kedua belah pihak” dan lebih banyak pengungsi.
Situasi di perbatasan antara Israel dan Lebanon semakin tegang, dengan ketegangan yang terus meningkat antara kedua belah pihak. Kedua negara harus menemukan jalan keluar yang damai dan diplomatis untuk menghindari eskalasi konflik yang dapat membahayakan kedamaian di wilayah tersebut. Semua pihak harus bekerja sama untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan guna mengakhiri ketegangan yang telah berlangsung terlalu lama.
Keselamatan dan keamanan warga Israel harus menjadi prioritas utama dalam menangani situasi ini. Tindakan militer harus dipertimbangkan dengan cermat dan hanya digunakan sebagai langkah terakhir jika tidak ada opsi lain yang tersedia. Penting bagi semua pihak untuk menjaga ketenangan dan menghindari provokasi yang dapat memicu konflik yang lebih besar.
Dengan kerjasama dan komitmen dari semua pihak terkait, harapan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut masih ada. Semoga kedua belah pihak dapat menemukan titik temu dan menyelesaikan konflik mereka secara damai demi kebaikan bersama.