Pemerintah dan Bank Indonesia bersuka cita mengumumkan bahwa tingkat inflasi yang rendah, yakni 1,57% pada tahun 2024, merupakan yang terendah sepanjang sejarah. Hal ini merupakan hasil kerjasama yang erat antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Meskipun para ekonomi menyatakan bahwa tingkat inflasi ini menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat pada tahun 2024, pemerintah dan bank sentral menegaskan bahwa inflasi inti tetap rendah, yaitu sebesar 2,26% (year on year/YoY).
“Inflasi yang tetap dalam kisaran target adalah hasil dari kebijakan moneter yang konsisten, serta kerjasama yang erat antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah),” ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso. Baik inflasi umum maupun inflasi inti, tetap berada dalam rentang target 1,5% hingga 3,5%. Denny menambahkan bahwa inflasi inti yang rendah sesuai dengan harapan inflasi yang telah ditetapkan.
Menurut Denny, kapasitas ekonomi yang masih kuat dan responsif terhadap permintaan domestik, inflasi impor yang terkendali melalui kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah Bank Indonesia, serta manfaat dari perkembangan digitalisasi turut berkontribusi pada inflasi yang rendah. Sementara itu, inflasi volatile food tetap rendah sebesar 0,12% (YoY) berkat peningkatan produksi pangan dan kerjasama yang erat antara Bank Indonesia, TPIP, dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah.
Di sisi lain, inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah tercatat sebesar 0,56% (YoY), sejalan dengan kebijakan penyesuaian harga yang terbatas oleh pemerintah, termasuk penurunan harga tiket pesawat. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menekankan bahwa capaian inflasi yang baik tidak lepas dari faktor eksternal maupun domestik, serta keberhasilan kebijakan pengendalian inflasi yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Nasional.
“Pemerintah akan terus memastikan ketersediaan pangan yang cukup, menjaga stabilitas harga, dan mendukung pemulihan sektor-sektor vital seperti industri manufaktur, konstruksi, dan pertanian,” kata Airlangga. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa meskipun terjadi kenaikan bulanan, tingkat inflasi tahunan dan tahun kalender tetap rendah. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyatakan bahwa inflasi tahun kalender ini adalah yang terendah sejak BPS pertama kali menghitung indeks harga konsumen pada tahun 1958.
Dengan capaian inflasi yang positif ini, diharapkan perekonomian Indonesia dapat terus berkembang dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya melalui daya beli yang lebih baik. Kerjasama yang solid antara pemerintah, Bank Indonesia, dan berbagai lembaga terkait menjadi kunci keberhasilan dalam mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi negara. Semoga prestasi ini dapat dipertahankan dan menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.